Ada sebuah ungkapan “Mulutmu adalah harimaumu”. Maksud dari sebuah ungkapan tersebut adalah untuk menjaga lisan kita dari membicarakan orang lain atau bahkan diam jika berbicara yang sia-sia atau maksiat. Banyak orang yang terjerumus ke dalam jurang kebinasaan hanya karena lisan mereka. Dalam agama Islam menjaga lisan adalah salah satu akhlak yang mulia dan harus dibiasakan supaya tidak menjadi pisau yang dapat melukai hati orang lain maupun dirinya sendiri. Pasti kita pernah mendengar tentang ungkapan “Diam adalah Emas” saat lisan tidak mampu memunculkan kebaikan maka diam adalah pilihan terbaik, itulah maksud ketika diam adalah emas. Bahkan, ada sebuah hadist dari Abdullah bin Mas’ud yang meriwayatkan bahwa: “Suatu ketika, ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW,’Wahai Rasulullah, aku adalah orang yang paling ditaati
dikaumku. Perintah apakah yang layak aku serukan kepada mereka?”
Rasulullah menjawab,”Serukan mereka menebar salam dan sedikit bicara kecuali berkaitan dengan perkara yang bermanfaat, diam yang “emas” itu mendatangkan kebaikan dari sisi Alloh Ta’ala.” Selain itu dalam sebuah hadist “Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya.” (HR Ath Thabarani, Ibnu Abi Dunya dan Al Baihaqi). Ada beberapa tipe orang yang diam, diamnya orang berilmu (saleh), diamnya orang yang memang pendiam dan yang terakhir diamnya orang yang bodoh. Tipe yang pertama adalah diam yang paling utama karena dia tau ada kebaikan di balik diamnya tersebut. Dari pengertian diatas, ada beberapa keistimewaan-keistimewaan bersikap diam dalam Islam:
1. Merupakan Ibadah yang ringan tapi paling Tinggi
Dalam kehidupan dimana diam memiliki makna yang merupakan akhlak yang baik. Kadang ada orang yang memilih untuk diam dalam menyikapi sesuatu hal saat dirinya berada di sebuah kelompok. Imam Al Jalil Abu Muhammad bin Abi Zaid pernah mengatakan bahwa diam termasuk satu dari empat etika kebaikan yang sangat utama dalam Islam dan menjadi ibadah paling tinggi. Bahkan sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Diam adalah bentuk ibadah yang paling tinggi.” (HR Dailami dari Abu Hurairah)
2. Dijauhkan dari Api Neraka
Dimana lidah dapat menjadi penyebab dari suatu amal jariyah atau malah termasuk hal-hal yang menghapus suatu amal ibadah. Layaknya pedang bermata dua lisan bisa menunjukkan perbuatan haram dan halal, apalagi ketika ada suatu pembicaraan yang menyangkut dengan keburukan atau aib orang lain, maka akan lebih baik jika diam dan berlalu. Apabila kita sampai ikut menggibah dan menebar kebohongan maka sungguh mereka akan masuk ke dalam neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Alloh yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (HR Al Bukhori)
3. Jalan masuk Surga
Keistimewaan orang yang lebih memilih untuk diam juga dapat membawa orang tersebut masuk kedalam surganya Alloh. Meskipun, kadang seseorang yang diam kerap diidentikkan sebagai seseorang yang pemalu dan kikuk, padahal diamnya seseorang dapat membuat dia menjadi lebih kuat terhadap kesulitan atau beban yang ditanggungnya. Bahkan seseorang yang diam juga mampu menghindari dari pengaruh berbagai komentar atau opini orang lain yang tidak bermanfaat. Seperti yang diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’ad dalam suatu hadist dari Rasulullah beliau bersabda: “Siapa yang menjamin untukku (agar menjaga) apa yang ada diantara dua janggutnya (lidah) dan yang ada diantara dua kakinya (kemaluan) maka aku menjamin untuknya surga.” (HR Bukhori)
4. Dijauhkan dari sifat munafik
Mereka yang kerap menganalisa sesuatu hal secara mendalam sebelum dia terbawa arus orang lain, yang artinya diam dapat menjauhkannya dari sifat munafik. Rasulullah bersabda: “Diam itu adalah perhiasan bagi orang alim dan selimut bagi orang bodoh.” (HR Abu Syaikh dari Muharriz). Imam Hasan Al Bashri mengatakan bahwa: “Sesungguhnya lidah orang mukmin berada dibelakang hatinya, apabila ingin berbicara tentang sesuatu maka dia merenungkan dengan hatinya terlebih dahulu, kemudian lidahnya menunaikannya. Sedangkan lidah orang munafik berada didepan hatinya, apabila menginginkan sesuatu maka dia mengutamakan lidahnya daripada memikirkan dulu dengan hatinya.”
5. Keberuntungan di Akhirat
Hanya dengan diam dari keinginan kita untuk berkata-kata yang buruk, seseorang bisa selamat di akhirat nanti. Karena ada sebuah ungkapan bahwa “Lidah lebih tajam daripada
pedang yang dapat menghancurkan segalanya” Diriwayatkan dalam sebuah hadist oleh Khalid bin Abi ‘Imran, Rasulullah SAW bersabda (dengan memegang lisannya dalam waktu yang lama) “Semoga Alloh merahmati seorang hamba yang telah berkata benar maka ia akan mendapatkan keberuntungan yang besar atau diam dari keburukan maka ia akan selamat.” (HR Ibnu Mubarak).(sar/fa)