Ulama Indonesia yang Menjadi Imam Masjidil Haram

0
707

Mekah terkenal dengan masjid bersejarah dalam Islam yakni Masjidil Haram. Masjidil Haram merupakan tempat yang wajib dikunjungi saat melakukan ibadah haji, bukan hanya untuk masyarakah Mekah tapi untuk seluruh umat muslim yang ada di seluruh dunia. Salah satu posisi yang disegani di Masjidil Haram adalah menjadi seorang Imam. Ternyata ada tiga ulama dari Indonesia yang pernah menjadi Imam besar di Masjidil Haram. Ulama tersebut adalah :

  1. Syaikh Junaid Al Batawi

Syaikh Junaid Al Batawi dikenal sebagai Syaikhul Masyayikh Madzhab Imam Syafi’i. Syaikh Junaid Al Batawi adalah seorang pendidik yang sangat tangguh. Lahir di Pejokan, Jakarta Barat, beliau adalah orang yang pertama kali memperkenalkan nama Betawi kepada seluruh dunia waktu itu. Syaikh Junaid Al Batawi sendiri diperkirakan usianya hampir mencapai 100-an tahun. Hampir seluruh hidup beliau ia habiskan untuk mengajar disana. Di Mekah, Syaikh Junaid Al Batawi juga mempunyai murid yang terkenal bernama Imam Nawawi Al Bantani yang ikut meneruskan jejak gurunya yaitu menjadi Imam besar di Masjidil Haram pada waktu itu. Syaikh Junaid Al Batawi meninggal pada tahun 1840 di Mekah dan dimakamkan di sana.

  1. Syaikh Muhammad Nawawi Al Jawi Al Bantani

Beliau adalah murid dari guru besar Syaikh Junaid Al Batawi. Lahir pada tahun 1815 di Kampung Tanara, Serang Banten, selama kurang lebih 30 tahun beliau memperdalam ilmu agamanya di Mekah. Puncaknya adalah saat beliau ditunjuk untuk menggantikan posisi Imam Masjidil Haram waktu itu. Setelah menjadi Imam Masjidil Haram waktu itu kemudian nama beliau diganti dengan sebutan resmi menjadi Syaikh Nawawi Al Jawi Al Bantani yang artinya Nawawi dari Banten, Jawa.

  1. Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi

Ulama satu ini memang sudah terlihat kecerdasannya saat beliau masih di usia kanak-kanak. Lahir di Sumatra Barat tepatnya di Koto Tuo Agam pada 26 Juni 1860. Saat usianya menginjak sebelas tahun, beliau diajak ayahnya ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji di sana. Setelah melaksanakan ibadah haji ayahnya kembali ke tanah air, sedangkan beliau tetap tinggal disana untuk memperdalam ilmu-ilmu agama di sana. Di Mekah, ia mulai menuntaskan hafalan Al Qur’annya dengan berguru kepada beberapa ulama seperti Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al Makkiy. Dari ketekunan dan kealimannya itulah beliau diangkat menjadi Imam Besar Masjidil Haram dan sekaligus menjadi pengajar di Masjidil Haram.(sar/fa)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here