KH Syaikhona Kholil

0
687

Salah satu ulama kharismatik dari Madura yang juga menjadi senior dari ulama-ulama Jawa di era perjuangan kemerdekaan adalah Syaikh Kholil. KH. Kholil lahir di Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Madura Jawa Timur pada 27 Januari 1820 M. Ayahandanya bernama Abdul Latif, seorang tokoh kyai waktu itu.  Syaikh Kholil memiliki nama lengkap Muhammad Kholil.

Syaikhona Kholil menghabiskan masa hidupnya dari kecil hingga remaja dengan menuntut ilmu. Beliau menonjol akan kemampuannya dalam 1002 bait nadzam Alfiyah Ibnu Malik dan lihai dalam ilmu fiqih dan nahwu. Selain itu, beliau juga mampu membaca Al Qur’an dengan menggunakan metode Qira’at Sa’bah.

Syaikhona Kholil awalnya belajar di Desa Malajeh, Bangkalan dengan Tuan Guru Dawuh yang lebih dikenal dengan nama Bujuk Dawuh. Selain itu, beliau juga memperluas ilmunya dengan berguru kepada Tuan Guru Agung atau yang lebih dikenal dengan nama Bujuk Agung. Setelah belajar di wilayahnya sendiri, Syaikhona Kholil pergi keluar dengan mendatangi beberapa pesantren seperti Pesantren Bungah di Gresik, Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Cangaan Bangil, Pesantren Darussalam, Kebon Candi Pasuruan, Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pesantren Winongan dan Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Banyuwangi.

Disana, Syaikhona Kholil menjadi santri sekaligus memperkuat jaringan keilmuannya dari beberapa pesantren di Jawa dan Madura tersebut. Saat usianya menginjak 24 tahun, Syaikhona Kholil memutuskan untuk menikah dengan Nyai Asik yang merupakan putri dari Lodra Putih. Dari pernikahan itu beliau dikaruniai dua orang anak yang diberi nama Muhammad Imron dan Rohmah. Tak lama setelah pernikahan pertamanya, Syaikhona Kholil kemudian menikah lagi dengan Nyai Misi dan dikaruniai sorang anak perempuan bernama Asma.

Setelah pernikahan keduanya itulah, Syaikhona Kholil kembali melanjutkan perjalanan pendidikannya dengan pergi ke Mekkah. Di Mekkah, beliau belajar kepada Syaikh Nawawi Al Bantani. Di sana, dia dikenal sebagai murid yang tekun dan rajin dalam menuntut ilmu. Selain itu, Syaikhona Kholil juga memiliki kebiasaan yang unik saat menuntut ilmu yakni selama menuntut ilmu beliau selalu menggunakan bajunya sebagai kertas untuk menulis semua pelajaran yang beliau dapatkan dari guru-gurunya. Jadi, tak heran jika semua baju yang digunakan ooleh beliau selalu berwarna putih. Setelah sudah berhasil menghapal semua pelajaran yang beliau catat itu diluar kepala maka beliau baru bisa mencucinya dan kemudian memakainya kembali untuk menulis semua pelajaran lagi.

Selain belajar tentang ilmu seperti tafsir, hadist, figih dan nahwu beliau juga mempelajari tentang ilmu spiritual. Ilmu spiritualnya itu beliau dapat pada gurunya yang bernama Syaikh Ahmad Khatib Sambas Ibnu Abdul Ghofar yang bertempat tinggal di Jabal Qubais. Melalui gurunya inilah pelajaran seperti Thariqoh Qadariyah wa Naqsyabandiyah dapat beliau pelajari meskipun biasanya kedua jenis ilmu ini justru dipelajari secara terpisah. Pada tanggal 29 Ramadhan 1341 H/ 14 Mei 1923 M, beliau menghembuskan nafas terakhirnya diusia yang sudah satu abad yakni 106 tahun. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Alloh SWT. Amiinnn.(sar/fa)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here