Mendapati kisah Bilan bin Rabah maka kita akan melihat kisah dari keteguhan hati seorang muslim. Bilal adalah seorang budak berkulit kelam yang mendapat kekejaman dari orang kafir Quraisy karena beriman kepada Alloh SWT. Meskipun mendapat perlakuan kejam, ia tetap teguh beriman dan tidak mengingkari Alloh SWT. Bilal bin Rabah dengan nama lengkap Bilal bin Rabah Al Habasyi. Ia berasal dari Habasyah, saat ini Ethiopia, sebuah negara di Afrika. Bilal adalah seorang budak milik orang kafir yaitu Umayyah bin Khalaf. Bilal sendiri digambarkan memiliki ciri-ciri seorang laki-laki yang hitam, kurus, tinggi, berambut lebat dan berjambang tipis.
Saat dirinya menjadi budak, Bilal kerap mendengar tentang Rasulullah SAW yang dibicarakan oleh masyarakat di Mekkah karena menyebarkan agama Islam. Mendengar hal tersebut, Bilal lalu menemui Rasulullah dan mengatakan bahwa dirinya ingin masuk Islam. Bilal pun mengucap dua kalimah syahadat sebagai pertanda bahwa dirinya masuk Islam. Akhirnya, Rasulullah SAW mengikrarkan bahwa dirinya telah menjadi seorang Muslim.
Berita Bilal masuk Islam terdengar sampai ke telinga majikannya (Umayyah bin Khalaf). Dia pun langsung menyiksa Bilal dengan membiarkannya dijemur di tengah gurun pasir panas selama beberapa hari. Bahkan, diperutnya juga diikat dengan sebuah batu yang besar dan lehernya diikat dengan tali. Kemudian Bilal diseret oleh orang-orang kafir diantara perbukitan di Mekkah. Namun, saat berada dalam siksaan itu, Bilal tidak meminta untuk dibebaskan oleh majikannya melainkan dia hanya memohon kepada Alloh.
Sudah berkali-kali Umayyah bin Khalaf menyiksanya dan memintanya untuk meninggalkan agama Islam tetapi semua itu tidak melunturkan keyakinannya terhadap Alloh SWT. Saat disiksa, Bilal selalu mengucapkan “Ahad-Ahad” yang artinya Alloh Maha Esa. Selain mendapatkan siksaan dari Umayyah bin Khalaf, Bilal juga sering mendapatkan penyiksaan dari Abu Jahal dan orang-orang kafir Quraisy lainnya.
Sampai akhirnya datanglah sahabat Abu Bakar As Shiddiq yang kemudian menebus dan memerdekakan Bilal. Setelah Bilal merdeka, diapun mengabdikan hidupnya untuk Alloh SWT dan Rasulullah SAW. Kemanapun Rasulullah pergi Bilal selalu berada disampingnya. Para sahabat Rasulullah juga sangat menghormati dan memuliakan. Ketika Rasulullah SAW pergi ke Madinah untuk hijrah, Bilal pun ikut bersama dengan para kaum Muslim lainnya.
Saat Masjid Nabawi selesai dibangun, Rasulullah SAW pun meminta untuk dikumandangkan adzan. Rasulullah kemudian menunjuk Bilal untuk mengumandangkan adzan karena Rasulullah tahu bahwa Bilal memiliki suara yang merdu. Mendapat perintah dari Rasulullah, Bilal pun mengumandangkan adzan sebagai pertanda waktu dilaksanakannya shalat lima waktu. Suara merdu Bilal berhasil menggetarkan hati umat Islam yang mendengarnya. Dari kejadian tersebut Bilal mendapat julukan menjadi Muadzdzin ar-Rasul dan dia adalah muadzin pertama dalam sejarah peradaban Islam.
Di Madinah, Bilal senantiasa menjadi pengumandang adzan disana. Tak hanya menjadi pengumandang adzan, Bilal juga ikut mengobarkan semangat bersama umat Islam lainnya dalam melawan kaum kafir Quraisy saat perang Badar. Saat menaklukan kota Mekkah (Fathu Mekkah), Rasulullah SAW berjalan di depan pasukan Muslim bersama dengan Bilal. Ketika memasuki Ka’bah, Rasulullah SAW hanya ditemani oleh tiga sahabat yaitu Ustman bin Thalhah, Usmah bin Zaid dan Bilal bin Rabah. Namun, tak lama kemudian tiba waktunya untuk melaksanakan shalat dhuhur. Ribuan orang berkumpul disekitar Rasulullah termasuk orang-orang kafir yang baru saja masuk Islam waktu itu. Pada saat yang bersejarah itu Rasulullah SAW menunjuk Bilal agar naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan adzan. Adzan yang dikumandangkan oleh Bilal itu adalah adzan pertama di Mekkah.
Peran Bilal sebagai muazinnya Rasulullah pun makin dikenal. Tidak ada orang lain yang menggantikan Bilal dan yang lain pun tidak keberatan jika Bilal melakukannya. Namun, setelah Rasulullah SAW meninggal, Bilal tak mampu lagi mengumandangkan adzan. Bilal tak sanggup menahan tangis karena teringat akan Rasulullah. Sejak kepergian Rasulullah, Bilal hanya sanggup mengumandangkan sampai kepada kalimat “Asyhadu anna muhammadan Rasulullaahi” dan dia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu juga dengan kaum Muslim yang mendengarnya, larut dalam tangis pilu. Bilal tak sanggup lagi mengangkat suaranya, dia merasakan betapa sedihnya ditinggalkan oleh manusia yang paling dicintainya itu. Bilal medatangi Abu Bakar As Shiddiq yang saat itu menggantikan posisi Rasulullah sebagai pemimpin umat Islam, supaya dia diperkenankan untuk tidak mengumandangkan adzan lagi. Permohonannya itupun dikabulkan oleh Abu Bakar As Shiddiq. Sejak saat itu, Bilal tidak pernah lagi menjadi muazin bagi seseorang.
Hingga pada waktu Umar bin Khattab datang ke Syam, dia meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan kembali. Bilal pun menyetujuinya. Namun, sampai pada kalimat “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullaahi”, dia lagi-lagi menangis karena mengingat Rasulullah SAW. Bahkan Sayyidina Umar pun ikut menangis karena mengingatkannya ketika sedang bersama dengan Rasulullah, orang yang paling dicintainya waktu itu. Bilal bin Rabah meninggal dunia di Damaskus pada 20 H. Hingga kini, namanya masih dikenang oleh umat Islam sebagai sahabat Rasulullah yang bersuara merdu dan orang yang pertama kali mengumandangkan adzan di dunia.(sar/fa)