Putra dari Syaikh Husain Jamaludin Akbar dan seorang putri dari Sultan Nizamul Muluk dari daerah Delhi ini lahir pada tahun 1349 M di Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah. Syaikh Jumadil Kubro sendiri diyakini merupakan keturunan ke-10 dari Al Husain yang merupakan cucu dari Nabi Muhammad SAW.
Nama Kubro sendiri diambil dari kepemilikan sekte sufi kubrowiyyah yang kemudian ia dikenal dengan nama Syaikh Jumadil Kubro. Syaikh Jumadil Kubro memiliki tiga orang putra yaitu Sayyid Ibrahim (Ibrahim As-Samarkandhi), Maulana Iskha’ dan Sunan Aspadi.
Syaikh Jumadil Kubro merupakan penyebar agama Islam di Majapahit dan merupakan generasi pertama sebelum dibentuknya Walisongo. Beliau mengajukan usul kepada Sultan Muhammad I, penguasa Kekhalifahan Turki Ustmani kala itu untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Kerjaan Majapahit. Di masa tersebut, Majapahit masih dipengaruhi agama Hindu dan juga kepercayaan masyarakat akan arwah leluhur dan benda-benda suci.
Tentu tidak mudah untuk mengubah kepercayaan masyarakat Majapahit yang mayoritas penganut agama Hindu. Salah satu langkah awal beliau untuk menyebarkan agama Islam adalah dengan menjadi pedagang. Nah, dari dagang itulah beliau bertemu dengan salah satu Tumenggung Majapahit yang bernama Tumenggung Satin.
Tumenggung Satin lah yang memberi jalan kepada Syaikh Jumadil Kubro untuk bersambung dengan tokoh-tokoh Majapahit dan mengenalkan ajaran Islam. Karena sulitnya mengubah kepercayaan masyarakat saat itu, akhirnya Syaikh Jumadil Kubro mengambil kebijakan untuk membentuk dewan Wali Sembilan yang masing-masing mempunyai keahlian sendiri-sendiri untuk membantu menyebarkan agama Islam di Majapahit.
Saat mereka akan ke Majapahit ternyata Majapahit tengah dilanda oleh pagebluk. Dalam kondisi demikian, masyarakat akan sulit percaya akan adanya agama baru. Karena itulah mereka tidak langsung pergi ke Majapahit melainkan melakukan tugas pertama yaitu membuat rajah yang ditanam di Gunung Tidar. Pagebluk mereda dan masyarakat Majapahit mulai terbuka pada ajaran baru
Keberadaan Syaikh Jumadil Kubro di tanah Majapahit hingga hingga beliau meninggal telah memberikan pengaruh yang sangat besar. Metode beliau dalam menyebarkan agama Islam yang pelan tapi pasti dan memberikan pencerahan berkehidupan yang berperadaban membuatnya sangat dihormati oleh para pejabat di Kerajaan Majapahit.
Sembilan orang wali yang dirintis oleh Syaikh Jumadil Kubro untuk berjuang di Tanah Jawa masih memiliki hubungan keluarga, mulai dari cucu hingga cicit. Seperti Sunan Ampel, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati, semua masih merupakan kerabat Syaikh Jumadil Kubro sendiri.(sar/fa)