Bila kita telusuri, Pulau Jawa memang tidak bisa lepas dari yang namanya misteri dan cerita mistisnya. Namanya juga misteri, pasti sangat sulit untuk dipecahkan. Karena tidak bisa dipecahkan itu, akhirnya membuat semuanya tenggelam dalam misteri itu sendiri.
Konon Pulau Jawa merupakan bagian dari Kerajaan Atlantis yang sekarang menghilang. Saat Atlantis hancur, Pulau Jawa memisahkan diri dan menjadi negara yang terpisah dari Atlantis. Nah, ajaran yang berupa ilmu hitam dan sesat itu merupakan ajaran yang diajarkan bangsa Atlantis kepada masyarakat saat menguasai Pulau Jawa. Karena pengaruh aliran sesat yang semakin kuat dan akhirnya merusak semua tatanan kehidupan masyarakat saat itu.
Masyarakat kuno di Pulau Jawa mempunyai keyakinan bahwa mereka menyembah dewa yang kejam yang selalu meminta tumbal berupa darah manusia untuk dipersembahkan kepadanya setiap hari. Mereka percaya bahwa dengan mempersembahkan tumbal setiap hari dapat melindungi desanya dari kehancuran. Hal ini juga didasari dengan keyakinan bahwa dewa-dewa yang memegang kendali atas Pulau Jawa itu haus akan darah. Para dewa yang mereka percaya itu juga telah membuktikan kehebatannya yaitu dengan memberikan bencana berupa gunung meletus yang berulang-ulang dan berbagai bencana alam yang sangat dahsyat.
Pada masa itu, masyarakat di Pulau Jawa dipimpin oleh seorang raja yang sangat fanatik dengan kepercayaan tersebut. Karena kefanatikannya itu akhirnya dia membuat pemagaran ghaib yaitu dengan cara melakukan praktik ilmu ghaib dari para ahli sihir. Ini dia lakukan agar kelak semua sesembahan darah kepada para dewa tetap dilanjutkan sepanjang abad yang akan datang.
Dia juga memantrai di atas Pulau Jawa agar aliran hitam yang dianutnya tidak hilang selama -lamanya. Awan ini bisa kita lihat baik secara astral maupun estheris dalam bentuk awan gelap besar yang ada di atas Pulau Jawa. Namun anehnya, awan ini seolah olah ada pada titik-titik tertentu. Titik-titik ini sudah direncanakan oleh raja tersebut berada di kawah-kawah dekat gunung berapi yang biasanya ditempati oleh beberapa makhluk-makhluk ghaib.
Pada tahun 1.200 SM telah terjadi perang damai di Pulau Jawa yang dipimpin oleh Raja Vaivasvata Manu yang menganut agama Hindu. Seiring berjalannya waktu kekuatan para pendatang Hindu itu mulai meningkat pesat dan pada akhirnya menjadi dominan dalam komunitas. Meskipun agama Hindu telah diterima oleh masyarakat setempat tapi kenyataannya pemujaan lama terhadap ajaran sesat masih terus dilaksanakan malah kian menjamur. Melihat itu semua, Raja Vaivasvata mengirimkan ekspedisinya ke Jawa.
Ekspedisi itu dipimpin oleh Aji Saka yang diberi tugas untuk menangkal pengaruh buruk dari aliran sesat yang ada di Tanah Jawa. Untuk menyelesaikan tugasnya itu, Aji Saka kemudian menanam benda yang telah dimantrai di tujuh tempat yang ada di Tanah Jawa.
Aji Saka juga berhasil membebaskan Pulau Jawa dari cengkraman raja jahat bernama Prabu Dewata Cengkar sang penguasa ilmu hitam kala itu. Setelah berhasil mengalahkan raja jahat tersebut, Aji Saka pun diangkat menjadi raja. Aji Saka adalah Raja pertama yang berhasil menerapkan Tarikh Tahun Saka atau sistem kalender Hindu di Jawa.
Musim demi musim terus berjalan hingga beratus ratus tahun kemudian Tanah Jawa aman dan damai karena tumbal yang ditanam Aji Saka untuk menangkal kekuatan hitam itu. Namun, sampai pada titik dimana para makhluk ghaib itu kembali berkuasa, terjadi pertumpahan darah di mana-mana, bencana alam yang merajalela dan pada masa itu juga munculah aliran-aliran sesat baru berupa kejawen, klenik, dan kebatinan.
Namun itu tidak bertahan lama karena datang utusan dari Kerajaan Ottoman bernama Syaikh Subakir. Syaikh Subakir dikirim untuk menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Dengan wasilah karomah yang dimilikinya, Syaikh Subakir tahu bahwa kondisi Tanah Jawa saat itu banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu ghaib. Itulah yang menyebabkan banyak ulama yang dikirim untuk menyebarkan Islam di Pulau Jawa selalu pulang dengan tangan kosong.
Dengan kesaktiannya, Syaikh Subakir kemudian menancapkan batu hitam miliknya yang dinamai dengan Rajah Aji Kalacakra yang ditanam di Puncak Gunung Tidar, titik pusat yang ada di Pulau Jawa. Dengan adanya tumbal tersebut kekuatan ghaib jahat yang ada di Tanah Jawa dapat dihalau. Sepeninggalan Syaikh Subakir, perjuangan dalam mendakwahkan Islam di tengah masyarakat Jawa dilanjutkan oleh para Wali Songo.(sar/fa)
Wallohu a’lam bis showab.