Bulan Dzulqo’dah adalah bulan ke-11 dalam kalender Islam. Tepatnya, sekarang ini kita tengah berada di bulan Dzulqo’dah. Mungkin, ada diantara kita yang belum tahu seputar tentang bulan Dzulqo’dah. Nah, pada kesempatan kali ini kita akan menjelaskan pengertian bulan Dzulqo’dah. Dalam kalender Islam, terdapat empat bulan yang diharamkan oleh Allah SWT. Salah satunya adalah bulan Dzulqo’dah.
“Sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaanya ketika Allah SWT menciptakan langit dan bumi, dalam setahun ini terdapat dua belas bulan.Empat diantaranya adalah bulan haram(disucikan). Tiga dari bulan itu jatuh secara berurutan, yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Sedangkan Rajab (yang disebut juga syahrul mudhar) terletak diantara dua jumadil (jumadil ula dan jumadil tsani) dan Sya’ban.” (HR Al-Bukhori).
Meskipun dinamakan bulan haram oleh Allah, sebenarnya maksudnya adalah bulan yang akan disucikan dan diagungkan kedudukannya. Maka tak heran bila banyak yang menyebut bulan haram ini sebagai bulan yang disucikan. Seperti yang kita ketahui bulan Dzulqo’dah termasuk kedalam empat bulan haram tersebut.
Dzulqo’dah menurut bahasa artinya “penguasa gencatan senjata” karena pada bulan itu Allah melarang manusia untuk berperang. Bulan yang masuk asyhurul hurum atau bulan yang diharamkan untuk berbuat maksiat, pembunuhan maupun berbuat kerusakan. Sanksi berbuat dosa yang dilakukan pada bulan-bulan yang diharamkan oleh Allah lebih berat daripada hari-hari lainnya. Allah SWT berfirman pada Surah Al Hajj ayat 25 yang artinya :
“Dan siapa yang dimaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya Kami akan rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih.” (Al-Hajj: 25)
Pada bulan ini terdapat beberapa keistimewaan diantaranya amalan-alaman kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah sedangkan amalan-amalan yang buruk akan dilipatgandakan dosanya oleh Allah. Selanjutnya, Allah SWT menjanjikan tiga puluh malam kepada nabi Musa untuk bertemu dengan-Nya dan sepuluh malam terakhir pada bulan Dzulhijjah. Allah berfirman dalam Q.S.Al-A’raf ayat 142 :
وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ
Artinya : “Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.”
Adapun keistimewaan lain yang ada pada bulan Dzulqo’dah adalah termasuk ke dalam bulan-bulan haji, seperti disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 197:
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya : “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
Demikian hal-hal dan keistimewaan yang berkaitan dengan bulan Dzulqo’dah. Semoga kita semua diberi kekuatan keistiqomahan dalam bertaqorrub kepada-Nya dan dapat mengisi bulan-bulan haram dengan segala amal kebaikan. (sar/fa)