KH Muhammad Dimyati, Ngaji Sebagai Thariqah

0
660

Para kyai sufi tidak sekedar mengaji di pesantren untuk mendapatkan ilmu agama, namun menyerap hikmah dari kyai-kyai sepuh yang mengajar dalam prinsip dan tindakan. Di antara kyai sufi dan santri kelana yang patut dicontoh adalah Muhammad Dimyati bin Syaikh Muhammad Amin atau yang dikenal sebagai Abuya Dimyati. Beliau dikenal sebagai ‘alim wira’ i yang mengasuh santri-santri hingga menyebar ke berbagai pelosok sebagai pendakwah.

Abuya Dimyati lahir sekitar tahun 1919 dari pasangan H. Amin dan Hj. Ruqayah. Sejak kecil, sudah nampak kecerdasan dan keshalihan dalam diri beliau. Dimyati kecil tekun mengaji dan rajin memperdalam ilmu Islam. Beliau juga dikenal sebagai santri kelana karena belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya seperti Pesantren Cadasari, Kadupeseng Pandeglang. Kemudian ke pesantren di Plamunan hingga Pleret Cirebon.

Abuya Dimyati selalu menekankan pada pentingnya ngaji dan belajar. Hal yang sering disampaikan dan diingatkan Abuya Dimyati kepada para santri dan kyai adalah jangan sampai ngaji ditinggalkan karena kesibukan lain atau pun karena umur. Sebab, ngaji tidak dibatasi umur. Sampai-sampai, kata Abuya Dimyati, thariqah aing mah ngaji!, yang artinya ngaji dan belajar adalah thariqahku.

Selain Abuya Dimyati mahir dalam ilmu membaca al Quran dan mengajar kitab, beliau juga mahir dalam ilmu seni kaligrafi atau khat. Dalam seni kaligrafi ini, Abuya mengajarkan semua jenis kaligrafi seperti khufi, tsulust, diwani, diwani jally, naskhy dan lain sebagainya.(de/fa)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here