Pendidikan adalah hal yang paling penting. Bahkan di era sekarang, pendidikan menjadi tolak ukur paling utama bagi seseorang. Pengetahuan banyak tersebar di berbagai macam tempat, baik itu lewat perantara secara langsung, maupun tidak langsung seperti lewat internet.
Berkembangnya sistem pendidikan zaman sekarang, telah membawa wajah pendidikan ke arah yang menjanjikan. Semuanya tidak terlepas dari perjuangan para tokoh-tokoh masa lalu, dari banyak tokoh yang melakukan perjuangan lewat peperangan, para tokoh ini berjuang dalam mencerdaskan masyarakat agar dapat berpikir lebih kritis , serta pemahaman agar tidak terus dimanipulasi penjajah.
Dewi Sartika adalah salah satu tokoh yang mengabdikan dirinya untuk pendidikan. Dewi Sartika lahir di Bandung, 4 Desember 1884. Banyak orang yang mengenal beliau karena namanya sangat dikenal sebagai perintis pendidikan bagi kaum perempuan. Karena kebanyakan laki-lakilah yang memperoleh pendidikan pada masa itu. Pada tahun 1966 beliau diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah.
Pada masa kecilnya beliau sudah menunjukkan bakat seorang pendidik dan kegigihn untuk meraih kemajuan. Sikap dan perilakunya merupakan hasil dari didikan keluarga yang merupakan priyayi Sunda, pasangan dari Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanagara. Pemikiran kedua orang tua Dewi Sartika memiliki pemikiran yang maju. Karena itu, Dewi Sartika sekolah di tempat Belanda meski adat saat itu sangat melarang.
Dewi Sartika tinggal dan dididik oleh pamannya setelah ayahnya meninggal. Pamannya adalah seorang patih di Cicalengka karena itu ia ikut belajar tentang kebudayaan Sunda. Bahkan, Dewi Sartika juga mendapatkan pendidikan dari seorang nyonya Asisten Residen bangsa Belanda tentang wawasan kebudayaan Barat. Dewi Sartika sudah lama merintis pendidikan, yaitu sejak 1902 sebagai pendidik kaum perempuan. Sekolah Istri merupakan sekolah perempuan pertama se-Hindia-Belanda didirikan pada 16 Januari 1904.
Pada tahun 1906, Raden Kanduruan Agah Suriawinata berhasil mempersunting Dewi Sartika sebagai istri. Raden Kanduruan adalah guru di Sekolah Karang Pamulang (Sekolah Lathihan Guru). Mereka memiliki visi dan misi yang sama dan mereka berdua Bersama bergelut dalam dunia pendidikan.
Setelah itu, Sekolah Istri berkembang dengan cepat. Sekolah itu mulai berdiri di kabupaten dan kota berjumlah sembilan (untuk setengah dari seluruh wilayah Pasundan). Dan pada tahun 1920, seluruh wilayah lengkap memiliki Sekolah Kautaman Istri di tiap kabupaten dan beberapa berdiri di Kawedanan. Pada bulan September 1929, Dewi Sartika megadakan peringatan pendirian dari “Sakola Raden Dewi” perempuan tersebut diumur ke-25 tahun.
Pada 11 September 1947, Dewi Sartika meninggal dunia di Tasikmalaya pada umur 62 tahun. Dunia Pendidikan pun berduka, Banyak penghargaa yang diberikan kepada beliau, seperti dari pemerintah Hindia-Belanda sebagai bentuk penghormatan di bidang pendidikan. Tanpa kehadiran beliau mungkin kita tidak akan merasakan pendidikan sekarang. Sampai sekarang, nama Dewi Sartika senantiasa dikenal entah dari sekolah maupun peninggalan-peninggalan sejarahnya.(azi)