Para pahlawan dalam perang pasti akan senantiasa dikenang jasanya. Sobat al amiin, tentu kalian tahu beberapa pahlawan yang pernah berjuang di nusantara. Tanpa pahlawan, kita tidak akan mencapai kemerdekaan hingga saat ini. Tahukah kalian ? Tak hanya kaum laki-laki saja yang banyak berjasa di medan perang, namun ada pula beberapa tokoh perempuan yang ikut menyumbangkan tenaga dan pikirannya. Para perempuan tangguh itu salah satunya adalah Sang Laksamana Malahayati. Asing? Baiklah, saya akan sedikit berbagi cerita agar kalian juga kenal dengan sang tokoh tersebut.
Malahayati adalah tokoh pejuang berasal dari Aceh. Putri Aceh ini dilahirkan pada tahun 1585. Jika terlahir menjadi perempuan mungkin terbayang bahwa berada di rumah adalah ‘habiatatnya’. Tapi, agak berbeda dengan Malahayati. Ia justru ikut berperang dan menyelami dunia kemiliteran. Pada tahun 1585-1604, beliau menjabat sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana, Panglima Rahasia, dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV. Kiprahnya tersebut membawa Malahayati pada posisi laksamana atau panglima perang angkatan laut. Ia merupakan laksamana perempuan pertama di Indonesia, bahkan dunia.
Malahayati memiliki pasukan yang dipimpin sendiri sebanyak 2000 orang, berisi Inong Balee (pasukan janda pahlawan yang telah tewas) karena berperang melawan kapal-kapal serta benteng-benteng milik Belanda pada 11 September 1599. Karena perang itulah Malahayati diberi gelar Laksamana. Diceritakan, dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal, ia berhasil mengalahkan Cornelis De Houtman hingga pimpinan armada pelayaran Belanda tersebut terbunuh.
Tidak hanya itu, Malahayati juga berhasil menggebuk pasukan Portugis. Karena namanya yang dikenal sebagai penjaga pintu gerbang kerajaan Aceh, Inggris saat datang memilih jalan damai dengan mengirim surat. Surat tersebut dibawa oleh James Lancaster ditujukan untuk Sultan Aceh. Isinya, permohonan membuka jalan bagi Inggris untuk menuju Jawa serta membuka pos dagang di sana.
Ketangguhan Malahayati memang mengundang kagum. Saat Paulus Van Caerden datang ke Aceh dan menenggelamkan serta merampas komoditas kapal dagang Aceh, Malahayati sangat marah. Bahkan, akhirnya kasus ini dibawa ke Mahkamah Agung Belanda. Diputuskan, kerajaan Aceh berhak akan ganti rugi serta kompensasi. Pada masa Malahayati pula, Aceh mampu mengirimkan utusan-utusannya ke Belanda.
Semua jasa-jasa beliau sangat besar hingga pada akhir hayatnya. Tahun 1604, Malahayati meninggal dunia . Walaupun raganya sudah tiada, namun kehebatannya dalam memimpin angkatan laut Kerajaan Aceh dan negosiasi diakui oleh negara-negara barat. Selain catatan dan kisah hidupnya yang dikenang, nama Malahayati juga dijadikan sebagai nama perguruan tinggi, nama kapal perang RI dan lainnya.
Kisah yang sangat menginspirasi kan, sobat ? Dari kisah tersebut kita dapat mengambil teladan, bahwa meskipun menjadi perempuan tidak membatasi kita untuk berbakti pada negeri. Sebenarnya, tidak hanya Laksamana Malahayati saja, masih ada tokoh-tokoh perempuan tangguh lainnya. Jika sobat ingin tahu, silakan sobat meninggalkan jejak di kolom komentar siapa yang kiranya sobat usulkan untuk diangkat.(azi)