Menara dan masjid saat ini merupakan sebuah kelaziman, khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Menara yang dibangun tinggi di area luar masjid, selain sebagai pelengkap arsitektur masjid sendiri, biasanya sebagai tempat meletakkan pengeras suara. Bahkan, banyak juga yang memiliki fungsi ganda sebagai menara pemantau dan dilengkapi dengan teropong.
Masjid Agung di Semarang, Jawa Tengah contohnya. Dengan tinggi mencapai 99 meter, menara masjid ini dilengkapi dengan teropong bintang. Begitu juga Masjid Ribbat Shushah di Tunisia. Ia memiliki menara, selain memperjauh jangkauan seruan adzan, yang juga berfungsi sebagai menara pandang atau mercusuar.
Berdasarkan catatan wikipedia, menara pertama kali diinisiasi di Basra saat Muawiyah I dari Khalifah Bani Umayyah berkuasa. Saat itu, menara dibangun guna mengumandangkan adzan dan menyaingi menara gereja. Barulah kemudian pada masa Khalifah Al-Walid, menara secara resmi menjadi unsur arsitektur masjid. Saat itu, khalifah memugar Basiliki Santo John untuk dijadikan Masjid Agung Damaskus. Basilika ini memiliki dua menara yang berfungsi sebagai penunjuk waktu. Oleh Khalifah Al-Walid kedua menara ini dipertahankan dan ditambah dengan satu menara di sebelah utara halaman masjid.
Begitu pun saat pemugaran masjid Nabawi, setelahnya. Khalifah Al-Walid memerintah para arsitek untuk membangun menara di sana guna mengumandangkan adzan. Jadi, tak heran bila kemudian bentuk menara masjid Nabawi sangat mirip dengan menara utara masjid Damaskus.
Demikian sedikit catatan Al-Amiin Kubah tentang menara masjid. Dari segi arsitekturnya tentu saja seni bangunan masjid terus berkembang. Termasuk di sini menara masjid. Semoga sedikit catatan ini menambah pengetahuan sobat semuanya.